Hari Ini, Program Cijasih Diresmikan

Wujudkan Sungai Jawi Bersih, Sehat dan Indah

 

Pontianak, AP Post

Program Cinta Jawi Bersih (Cijasih) akan resmi dibuka Walikotamadia Pontianak, Dr H Buchary A Rachman, Jumat (17/9) siang, bertempat di halaman parkir PT Garuda Mitra Swalayan. Pencanangan Cijasih yang dilaksanakan dalam rangka peringatan HUT Pemda Kodia ini, berkeinginan menciptakan kawasan sepanjang Sungai Jawi yang bersih, sehat dan indah.

Ketua Presidium Yayasan Madu Hutan, Drs Isron Wahid didampingi Ketua Panitia, Ir Mulyadi Safwan menyatakan kesiapannya pada pembukaan kegiatan perdana Cijasih. Berbagai spanduk yang disponsori oleh instansi terkait, LSM dan para pengusaha tampak memeriahkan pencanangan. Mereka yakin dengan dukungan moril dan finansial dari berbagai pihak, tentunya keterlibatan aktif masyarakat, Cijasih berhasil mewujudkan Pontianak sebagai kota air (Waterfront City).

Bertepatan dengan pencanangan Cijasih sebagai proyek percontohan, Ketua Masyarakat Peduli Sungai Kapuas Prof Ir H Abdul Hamid MEng berkomentar. Menurutnya, program Cinta Jawi Bersih memerlukan penanganan yang berkesinambungan dengan pengelola yang jelas. Kebersihan sungai bisa saja diserahkan kepada dinas yang relevan, Lurah atau kepada LKMD. Cijasih  dapat pula dipercayakan pelaksanaannya secara kontinyu kepada LSM seperti Yayasan Madu Hutan dan Yayasan Cinta Kebersihan (YCK) bekerjasama dengan Pemda Kodia Pontianak, tentunya dengan dukungan/partisipasi masyarakat setempat.

Menurut Hamid, ia sangat menyesalkan, kenapa di awal tahun 1980-an dulu, pembangunan di kota ini lebih banyak menjadikan saluran/parit sebagai "korban". Saluran atau parit dipersempit, bahkan ditutup di sana sini, padahal pembangunan seharusnya tidaklah demikian apabila dilakukan analisis dengan lebih cermat.

"Dulu sungai-sungai kecil/parit di dalam kota Pontianak berhubungan satu dengan yang lain sehingga transportasi air dalam kota tetap hidup bergandengan dengan transportasi darat," ujar Guru Besar Fakultas Teknik Untan ini.

Menurutnya, kini hanya Sungai Jawi dan Sungai Raya yang masih relatif indah dipandang mata terutama ketika air pasang besar, dan yang masih dapat dibanggakan.

"Saya pribadi maupun sebagai Ketua Umum Mapeska tentunya mendukung program Cijasih yang digulirkan Yayasan Madu Hutan bekerja sama dengan Pemda Kodia,  mengingat bagaimanapun Sungai Jawi dan sungai-sungai/parit-parit lainnya memberikan kontribusi kepada kualitas Sungai Kapuas, makanya saya tak berkeberatan ketika diminta menjadi salah seorang penasihat program ini," ujarnya.

Namun, Hamid mengingatkan bahwa untuk membersihkan atau menaikkan kualitas sungai/kali bukanlah suatu pekerjaaan yang mudah dan singkat. Sebagai contoh, Singapura untuk membersihkan      sungainya memerlukan waktu lebih dari 10 tahun dengan komitmen yang jelas dari pemerintahnya dan semua unsur yang terkait, termasuk tentu saja peranan yang sangat besar dari warganya.

"Menilik contoh Singapura tersebut, membersihkan Sungai Jawi khususnya dan Sungai Kapuas umumnya memerlukan kerjasama beberapa pihak, dukungan dari masyarakat dan komitmen yang jelas dari Pemda Kalbar dan Pemda Kodia Pontianak," katanya.

Lanjutnya, khusus untuk mencintai sungai/parit bersih di Kodia Pontianak, komitmen Walikotamadia dan dukungan masyarakat pengguna sungai/parit tersebut teramat sangat dibutuhkan jika diinginkan sungai/parit dalam kondisi bersih. "Tanpa ini kiranya program Cijasih hanya akan seperti kegiatan sesaat lainnya, diramaikan sebentar dengan hasil apa adanya dan kemudian kembali lagi seperti semula, malahan bisa lebih kotor," ujar Hamid.

Dan yang teramat sangat penting juga secara regional, katanya, adalah Prokasihnya daerah Kalbar yang tampaknya saat ini lagi 'lesu darah'.  "Kalaulah Pemda Kalbar dan Pemda Kodia komit dengan program sungai/kali bersih, maka kiranya  perlu selalu menganggarkan dana kegiatan serta memperjelas pengelola program," himbaunya tegas.

Terakhir, Hamid berpesan kiranya Yayasan Madu Hutan juga harus siap-siap menerima risiko apabila model Cijasihnya hanya "sesaat", tanpa terstruktur dan tidak pula kontinyu. Kontinuitas program diperlukan mengingat produk pencemar terus masuk ke badan Sungai Jawi seiring perkembangan aktifitas dalam kota dan pertambahan jumlah penduduk.  (mel)