Ucapkan Terima Kasih Lewat Monumen

Realisir Monumen Perjuangan Kalbar Sebelum Hari Pahlawan

 

Pontianak, AP Post

Menjelang peringatan Hari Pahlawan (10/11) mendatang Monumen Perjuangan Rakyat Kalbar yang rencana pengembangannya di lapangan PSP diharapkan telah terealisir. Mengingat selama ini pemerintah belum memberikan penghargaan terhadap para syuhada Kalbar. Jadi perlu direalisir sebagai ucapan terima kasih.

"Saya dari angkatan '45 menginginkan agar di bangun sebuah monumen. Lokasi yang tepat adalah di lapangan PSP itu. Dimana di sana akan diabadikan nama-nama pejuang, sehingga jasa-jasa syuhada Kalbar mendapatkan tempat terhormat di hati masyarakatnya," kata tokoh angkatan '45 H Ibrahim Saleh menjawab AP Post Rabu (15/9) siang di ruang kerjanya.

Dia juga membantah anggapan para pendatang yang mengatakan bahwa Kalbar tidak berjuang dan ikut Belanda "negara boneka" (DI-KB). "Apakah di Jawa tidak ada "negara boneka," ada. Yang murni sepanjang zaman hanya Aceh," katanya.

Menurutnya, Kalbar merdeka bukan hanya mendompleng. Kalau (17/8) 1945 Indonesia merdeka, imbuhnya Kalbar (27/10) 1945 rakyat Sambas sudah bergolak dalam upaya menurunkan bendera Austrlia dan Belanda. "Demikian juga Rahadi Oesman dan rombongannya gugur di Sungai Besar Ketapang (7/12) 1945 disusul pergolakan di Bengkayang, Sidas, Nanga Pinoh, Kota Baru, serta daerah lain bagian Kalbar," jelasnya.

Sementara itu mengingat betapa besar jasa pejuang Kalbar yang telah meninggalkan orang-orang yang dicintainya. Ibrahim Saleh merasa sangat heran, sebenarnya dengan membangun monumen peringatan itu bukanlah hal yang cukup sebagai tanda ucapan terima kasih. "Kenapa pemerintah masih berpikir panjang dan perlu pertimbangan jauh. Boleh diketahui, pengorbanannya adalah nyawa dan darah. Saya berkata ini untuk menggugah bagi aparat pemerintah yang masih memiliki nurani," ujarnya tegas.

Menurut hematnya, Monumen Perjuangan Rakyat Kalbar itu sebaiknya di tata secara apik, dimana perencanaannya di lakukan sayembara dengan melibatkan para ahli. "Tugu itu sebaiknya, disamping mengandung unsur peringatan juga terdapat nilai estetika dimana masyarakat Pontianak dapat bersantai serta dihadirkan musollah besar di dalamnya," katanya berilustrasi.

Menanggapi sinyalemen adanya rasa keberatan beberapa kalangan yang menginginkan PSP tetap dijadikan lapangan sepak bola atau bangunan pasar. Ibrahim Saleh membantah tegas dengan mengatakan bahwa di empat wilayah Pontianak ini cukup luas dan masing-masing telah memiliki lapangan sepak bola.

"Kenapa sarana olah raga berupa lapangan sepak bola yang ada tidak difungsikan. Kalaulah ada diantaranya kurang memadai, ya ditingkatkan saja kesempurnaannya," kata salah seorang DHD '45 ini.

Mengenai pendanaan Monumen Perjuangan Rakyat Kalbar, dirinya dengan tegas mengatakan. "Bukankah uang dan kekayaan negara trilyunan rupiah dipestaporakan oleh perampok-perampok berdasi dan tokoh-tokoh intelek yang tidak bermoral dan tidak berprikemanusiaan dan berprikebangsaan seperti yang dihebohkan lewat media cetak dan elektronik saat ini. Intinya, janganlah pendanaan itu menjadi sesuatu ganjalan," paparnya.

Untuk itu, dirinya menghimbau dan menggugah kepada para pejabat, tokoh-tokoh masyarakat, para mahasiswa dan rakyat terbanyak untuk mendukung gagasan pembangunan Monumen Perjuangan Rakyat Kalbar. "Sebab kita semua telah beruntung dapat menikmati alam kemerdekaan, sebagai hasil pengorbanan para syuhada yang telah mempertaruhkan jiwa dan raganya," tegasnya.(rah).