Hakekat Seorang Ketua Lembaga Rakyat

Drs Maryadi

Pengamat Politik

 

Sekarang ini memang santer dibicarakan siapa yang akan menduduki jabatan Ketua DPRD I Kalbar, banyak fraksi yang memperebutkan jabatan terhormat itu. Terus terang saja, siapa yang tak tergiur memegang tampuk pimpinan DPRD yang banyak dilimpahi fasilitas yang mendukung dalam pelaksanaan tugasnya, termasuklah dalam hal honorarium  yang cukup besar.

Dibalik jabatan Ketua Dewan, tentulah ada misi politis yang diembannya, dimana ia harus menjalankan program parpolnya ke depan, itu kalau memang parpolnya meraih suara terbanyak, karena bagaimanapun ia ingin menampilkan program partainya agar dapat dilaksanakan. Dan inilah kesempatan mereka membuktikan "janji-janji" yang disampaikan saat kampanye Pemilu lalu, dimana janji tersebut diwujudkan melalui DPRD. Disitulah Ketua DPRD mampu menjadi panutan dikarenakan bagaimanapun posisi kunci atau ketuk palu berada pada dirinya.

Sebagai Ketua Dewan, hakekatnya ia harus dikenal masyarakat dan memasyarakat. Maksudnya, ia sering terjun ke masyarakat, pro aktif dan bukannya duduk diam di Gedung DPRD yang megah  sambil menunggu datangnya laporan. Ketua Dewan harus benar-benar memperhatikan nasib dan kepentingan masyarakat, terutama jeritan nurani rakyat kecil mulai dari pedesaan hingga perkotaan. Ia harus mengetahui denyut nadi jantungnyaa masyarakat, apa yang dirasakan, diderita dan diperlukan masyarakat, ia tahu.

Mengenai kualitas Ketua Dewan, sudah pasti jelas diperlukan terutama dilihat dari segi pendidikannya, karena bagaimanapun ini mendukung dalam pelaksanaan tugasnya memimpin lembaga perwakilan rakyat. Rasanya janggal bila anggota yang dipimpinnya memiliki gelar pendidikan yang lebih darinya, namun hal ini tergantung lagi pada si Ketua, bila ia merasa bisa memimpin lembaga, tentulah ia akan percaya diri dan tak timbul rasa minder. Kenapa soal pendidikan menjadi hal terpenting, karena sebagai Ketua, ia harus memiliki wawasan berpikir dan penguasaan intelektual yang mapan, dan sebaliknya, dengan syarat pendidikan dapat menunjang kedudukannya sebagai Ketua.

Yang perlu diingat, figur Ketua Dewan yang dinominasikan parpol jangan ditonjolkan kualitasnya saja, tapi saat diminta memperjuangkan aspirasi masyarakat, justru kualitasnya dipertanyakan. Bisa saja terjadi, untuk parpol, ia dianggap oke kualitasnya tak diragukan, tapi apakah ia juga cocok dengan pikiran sehati dan sejiwa dengan aspirasi masyarakat, nah inilah tugas berat yang diemban Ketua Dewan kelak untuk mengakomodir segala aspirasi masyarakat dengan tetap membawa misi parpolnya. Jadi jangan sampai parpol salah memilih orang untuk dicalonkan menjadi Ketua Dewan ini.

Selain itu, Ketua DPRD harus bisa memadupadankan antara kepentingan masyarakat dengan program yang ditetapkan lembaga eksekutif, jangan sampai pincang dan berat sebelah, karena bagaimanapun kepentingan masyarakat harus lebih diutamakan, karena memang tugasnyalah berjuang mewakili suara rakyat. Figur Ketua sebagai legislatif harus mampu mengakomodir dan sinkron antara perencanaan eksekutif, yudikatif dengan kepentingan masyarakat, karena antara ketiganya merupakan  mitra kerja yang sejajar. Ketua DPRD tidak boleh berada dalam tekanan eksekutif dan rakyat, dikhawatirkan ia tak bisa bekerja. Jadi intinya, Ketua DPRD harus mampu menghimpun dan menyeimbangkan antara kehendak masyarakat dengan eksekutif.

Mengenai image Dewan yang menyatakan 5 D (datang, duduk, diam, dengar, duit),  saya rasa itu kembali lagi pada diri pribadi masing-masing. Dulu, kemungkinan yang terlihat anggota MPR/DPRD tampak kelelahan mendengar laporan pertanggungjawaban Presiden yang cukup lama, akhirnya yang tampak di layar kaca, terlihat beberapa anggota yang mencuri-curi tidur akibat kecapaian dan rasa kantuk tak tertahan. Meski sudah era reformasi, namun saya percaya nantinya ada Dewan yang menggunakan kesempatan langka sebagai anggota DPRD sebagai tempat dia mencari penghasilan atau hidup dari DPRD. Siapapun dan dimanapun dia orangnya, bila cuma keinginan duduk di DPRD untuk lahan hidup, tentunya ia tak akan jauh dari unsur 5 D tadi.

Diantara kelima calon kuat Ketua DPRD Kalbar, bukannya saya ingin mendahului, tapi kans terbesar saya ada pada Gusti Syamsumin dari Golkar. Di alam pemikiran saya, ia cukup dikenal luas oleh masyarakat Kalbar dan ia putra daerah yang patut dibanggakan. Mengenai dia orang Golkar, saya pikir tentunya ia tak mau mengulangi kesalahan pemerintah lalu, dia tentunya akan mengambil hikmah dari semua pengalaman lalu, dan mengambil yang segi positifnya. Karena bagaimanapun Golkar pastinya tak ingin kehilangan tongkat estafet kepemimpinan, dan saya yakin, mereka akan berjuang alot untuk mendapatkan kedudukan kursi Ketua DPRD.

Ketua DPRD harus mampu bekerja sama secara baik dengan lembaga ekeskutif dan yudikatif sehingga tidak membuat bingung masyarakat dengan keputusan yang tak seiring sejalan. Dan yang terpenting, Ketua DPRD harus lebih membuka mata dan telinga serta lebih sering turun ke jalan untuk memperhatikan secara langsung apa yang menjadi aspirasi masyarakat Kalbar.(dituturkan mella danisari)