Warnet Bukan Ancaman Bagi ISP
Pos
Pontianak Miliki 700 Pelanggan Internet
PERTUMBUHAN
warung internet (warnet) di Pontianak bagaikan jamur yang tumbuh di musim
hujan. Selain penyelenggara swasta,
pihak pemerintah melalui Perum Pos dan Giro pun tidak mau ketinggalan.
Dimensi ketiga yang menawarkan dunia tanpa batas itu kian hari tampaknya
semakin menjanjikan peluang "devisa" bagi pengusaha warnet, yang
umumnya mengawali usaha dari coba-coba. Perkembangan warnet ini diyakini pihak
provider tidak bakal mengancam ISP (Internet Service Provider) yang telah ada,
khususnya di Pontianak.
"Kita
saling melengkapi. Antara Wasantara sebagai ISP ada semacam kerjasama dengan
para warnet yang berada di sini. Jadi kita saling melengkapi, mereka kan
menggunakan kita sebagai provider. Kalaupun mesti bersaing nantinya, itu juga
sebagai hal yang biasa," kata Manajer Pemasaran Kantor Pos Pontianak Ir
Bagus Handoko kepada AP Post di ruang kerjanya, Jumat (18/9).
Keberadaan
warnet mestinya dinilai sebagai mitra ISP. Karena warnet secara tidak langsung
menjadi promosi ISP yang digunakan. Bila pelayanan ISP pada warnet baik, maka
tidaklah mustahil pengunjung yang datang ke warnet akan memilih ISP yang biasa
digunakan warnet tersebut. Karena mereka mengetahui sejauh mana kehandalannya
Dijelaskan
Bagus, sejauh ini keberadaan warnet di Pontianak dinilai sangat membantu dan
mempermudah masyarakat untuk mengakses berbagai informasi dari manapun.
"Bahkan banyak pelanggan pribadi yang juga menggunakan jasa warnet.
Mungkin mereka berpendapat untuk menghemat pengeluaran secara pribadi di
rumah," tutur Bagus.
Hingga
September 1999 ini tujuh warnet telah berdiri di Pontianak. Masing-masing
Ponet, Warnet Ateng, Kuta, Borneo, Widia, Gamma serta sebuah warnet yang
didirikan Pos dan Giro sendiri yakni Warposnet. "Sebenarnya banyak yang
mengajukan ke kita untuk mendirikan warnet, tapi untuk sementara ini kita
batasi dulu jumlahnya," ujar Bagus.
Syarat-syarat
pengajuan pendirian warnet tergolong gampang. Antara lain peminat cukup mengajukan
proposal, foto kopi identitas penanggung jawab, serta menyertakan denah lokasi.
Dan semua persyaratan tadi diajukan ke PT Pos. "Tapi sekarang ini kita
batasi dulu jumlahnya," jelas Bagus.
Mengenai
pelanggan-pelanggan provider Wasantara
secara pribadi, Bagus mengungkapkan jumlahnya telah mencapai 700
pelanggan. Mereka mengambil pembayaran secara "jam-jam"-an maupun
paket. Secara "jam-jam"-an pelanggan dikenai biaya sebesar Rp 2.400
per jam dengan iuran perbulan Rp 15 ribu. Sedangkan paket meliputi Paket A 20
jam sebesar Rp 55 ribu, Paket B 40 jam Rp 95 ribu dan Paket C 60 jam Rp 135
ribu. Untuk over time dikenai bayaran Rp 2 ribu per jam.
COBA-COBA
Meski
belum memasyarakat secara luas , namun bisnis internet dewasa ini merupakan
usaha yang menguntungkan. Pemilik Ponet Cyber--sebuah warnet yang terletak di
Jalan Diponegoro-mengungkapkan bisnis ini sangat menjanjikan. Di hari biasa
setidaknya 20 hingga 30 orang mengunjungi "warung"-nya.
"Awalnya
saya ditawari anak untuk mendirikan warnet, coba-cobalah. Sebab anak saya
senang main-main dengan internet,""kata Gunawan (59 tahun) di
sela-sela kesibukannya melayani pelanggan. Dibantu putranya Anton (25 tahun)
mereka mulai menggeluti bisnis layanan "dunia" tanpa batas tersebut
sejak 11 April 1999. Mulai dari anak usia SD hingga pegawai swasta/pemerintah
menjadi pelanggan usahanya.
Di hari
biasanya, usaha yang dibuka mulai pagi hari hingga pukul 22.00 WIB ini
dikunjungi sekitar 20 hingga 30 orang. Berbeda dengan akhir pekan, jumlahnya
meningkat sampai 50 orang per harinya. Gunawan yang menyediakan 13 perangkat
internet, mematok Rp 10 ribu per jam untuk tiap pengguna jasanya. "Dulu
kami mematok Rp 8 ribu, tapi sejak 1 September lalu dinaikkan menjadi Rp 10
ribu," ungkap Gunawan.
Dari
sekian banyak pengguna, Anton mengatakan umumnya mereka mencoba mencari kenalan
baru. "Biasanya yang datang ke sini mencoba berkirim e-mail. Cari kenalan
baru. Mereka saling berkomunikasi satu sama lainnya di sini," ucap Anton.
Kendati jumlah warung internet mulai bertumbuhan, namun asosiasi yang
mewadahinya -seperti APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia)--
belum berdiri di Pontianak. (bobby)