Cijasih, Menuju Waterfront City

 

Pontianak, AP Post

Melalui program Cijasih, akan dibuat semacam model masyarakat kota air (water front city) yang nantinya menjadikan ciri khas Pontianak. Sungai Jawi akan diwujudkan menjadi parit yang bersih, sehat dan indah, disamping menjadi sarana transportasi dan obyek pariwisata.

Demikian ungkap Ketua Presidium Yayasan Madu Hutan, Drs Isron Wahid yang juga penggagas Cijasih menjawab AP Post, Selasa siang. 

"Enam bulan ke depan, langkah  kami akan mendorong masyarakat untuk menyayangi parit layaknya rumah sendiri. Kami akan merubah perlahan-lahan prilaku masyarakat seperti kebiasaan membuang sampah dan limbah di parit, menanam kangkung dan tumbuhan air lainnya serta budaya mandi dengan kemban," ujarnya.

Lanjut Isron, bila selama enam bulan itu, masyarakat sudah ada rasa memiliki terhadap parit, otomatis akan tercipta parit yang bersih dan tak ada kotoran maupun limbah, mulai dari Gertak I hingga Pal V. "Setelah dicapai parit yang bersih, barulah tahap berikutnya melangkah ke sehat dan indah sehingga parit dapat difungsikan untuk semua keperluan masyarakat dan juga enak dipandang mata karena memang layak dilihat," jelasnya.

Menurut anggota DPRD Kotamadia ini, dengan Cijasih akan tercipta tempat mandi dan cuci (bengker bersama) bagi pengguna Sungai Jawi, namun tidak setiap depan rumah penduduk ada bengker sehingga dapat mengurangi keindahan sungai. Termasuklah mengenai gertak-gertak atau jembatan yang banyak bertebaran di sepanjang sungai. "Bengker dan gertak akan kita atur secara tertib, dan akan kita prioritaskan yang terpenting, agar sesuai dengan rencana tata ruang kota," ujarnya seraya berharap agar seluruh parit dan selokan di Sungai Jawi nantinya bersih sehingga memungkinkan lancarnya jalan air menuju sungai Kapuas. Termasuklah parit Sungai Jawi akan kembali seperti dahulu, dimana bisa dilewati sampan bahkan tongkang dari hulu ke hilir, masyarakat dapat memancing ikan dan parit bersih dari tanaman air.

Mengenai defenisi sehat dan indah, dijelaskan Isron, bahwa Sungai Jawi harus bebas dari sampah dan limbah pembuangan rumah tangga ataupun industri. "Setelah terwujud bersih dan sehat, barulah kita masuk ke tahap indah yakni dengan memperbanyak tempat-tempat sampah maupun  pos-pos penjaga sungai yang melibatkan relawan. Maksudnya untuk menegakkan  law enforcement, mereka bisa menegur masyarakat yang hendak mengotori sungai," ujarnya. Ditambahkannya, unsur keindahan juga diwujudkan dengan menata pot-pot kembang ataupun pepohonan rindang sepanjang sungai untuk penghijauan serta membuat trotoar sehingga ada batas antara sungai dan jalan.

"Untuk suksesnya Cijasih, dibutuhkan kerja sama yang manis antara Yayasan Madu Hutan dengan Pemda dan dinas terkait serta pihak-pihak yang mempunyai kepedulian dengan kebersihan sungai, termasuklah masyarakat," tuturnya.      Mengenai kekhawatiran beberapa pihak mengenai rencana ini, Isron bisa maklum dan menganggapnya sebagai masukan yang dapat memotivasi. Namun bagaimanapun, ia tetap optimis program ini akan berhasil bilamana didukung dengan keterlibatan aktif masyarakat menjaga kebersihan paritnya. "Sebenarnya bila masyarakat sudah merasa memiliki sungainya, mengapa masih bicara kotor lagi, tentunya mereka tak mau sungai yang sudah bersih dikotori lagi, karena itu kebersihan parit harus dijaga dan itu tanggung jawab dan konsekuensi masyarakat," jelasnya.

Menurut Isron, Yayasan Madu Hutan ingin membangun kekuatan masyarakat supaya bisa marah dan memerintah agar jangan membuang sampah dan limbah di sungai. "LSM disini hanya memfasilitasi, yang ingin kita tumbuhkan adalah rasa memiliki yang luar bisa masyarakat terhadp sungainya. Jadi apapun bentuk perlakuan terhadap sungai, terutama yang sifatnya mengotori, maka masyarakat akan berontak dan melakukan mekanisme advokasi," ujarnya seraya menambahkan agar Cijasih ini jangan lari dari konsepsi "kota air" yang disesuaikan dengan karakteristik khas Pontianak.

Bagaimanapun, tegas Isron, Yayasan Madu Hutan tak akan memberatkan masyarakat terutama dalam hal pendanaan. "Yang kami inginkan adalah kontribusi pemikiran dimana masyarakat mau berdialog dengan kami, menyarankan bagaimana bagusnya penataan Sungai Jawi, semua itu akan kita jadikan masukan berarti. Masyarakat tinggal terima apa adanya, yang kami butuh hanyalah keterlibatan aktif masyarakat dalam program Cijasih," harapnya. (mel)