Terkendala Karena Birokrasi

Bisnis Priwisata di Kalbar

 

Pontianak, AP Post

Bisnis pariwisata selama ini selalu saja terkendala. Hal ini disebabkan Pemerintah selalu birokrasi. Akibatnya para investor di bidang pariwisata agak enggan untuk menanamkan modalnya di bidang pariwisata di daerah ini.

"Apalagi bisnis pariwisata itu, tak seperti bisnis menjual pisang goreng. Ditambah lagi, selama ini umumnya oknum Pemerintah dan masyarakat masih kurang memahami makna Sadar Wisata," jelas Wakil Sekretaris DPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kalbar Eddy Rasyid SE menjawab AP Post, kemarin.

Menurut Eddy, untuk pembangunan objek pariwisata perlu adanya dana yang sangat besar, belum  lagi biaya promosinya ke mancanegara. "Jadi, kalau Pemerintah terlalu birokrasi terhadap investor di bidang pariwisata, tentu mereka akan enggan untuk menanamkan modalnya di bidang pariwisata," tegasnya lagi.

Eddy juga berharap, kini sektor pariwisata dapat dijadikan andalan Pemda Kalbar, mengingat sektor perkayuan kini sudah tak ekonomis dan menjanjikan lagi. Sementara perembangan sektor industri belum begitu menggembirakan. Apalagi daerah Kalbar dekat dengan negara jiran, seperti Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura.     

Bahkan, dia juga berharap agar Pemda dapat melakukan kerjasama dengan Perguruan Tinggi untuk melakukan penelitian, sebelum adanya investor yang berminat membangun sektor pariwisata di daerah ini. "Agar dana yang dikucur investor tepat guna, sebelum membangun objek wisata tentu harus dillakukan penelitian dulu," katanya.

Sebenarnya, tambah Eddy, potensi alam Kalbar sangat menjanjikan keuntungan sebagai objek wisata, kalau benar-benar digarap profesional.

Disingung tingkat hunian hotel, Eddy Rasyid menjelaskan, selama 3 bulan terakhir ini mengalami peningkatan. Ini disebabkan situasi politik dan keamanan agak baik dibanding beberapa bulan sebelumnya.

Hanya, para tamu atau wisatawan yang berkunjung ke Kalbar umumnya bukan untuk melihat berbagai objek wisata yang ada, tapi banyak melakukan bisnis, berbelannya dan penelitian. "Para tamu atau wisatawan yang berkunjung ke objek wisata memang sangat minim," katanya.

Hal ini kemungkinan disebabkan objek-objek wisata yang ada di daerah ini belum siap untuk dijual, atau kurang dipromosikan."Padahal objek-objek wisata yang ada punya nilai ekonomi untuk dijual, kalau dikelola dengan manajemen profesional," uajrnya.(mzr)